Sabtu, 12 Desember 2015

ASAL USUL MAGELANG

    Terdapat beberapa versi yang menjelaskan asal nama Magelang. Versi terpopuler mengatakan bahwa Magelang berasal dari kata tepung gelang, yang berarti "mengepung rapat seperti gelang". Nama tersebut diberikan untuk mengenang Raja Jin Sonta yang dikepung di daerah ini oleh pasukan Mataram sebelum akhirnya mati di tangan Pangeran Purbaya.Pawai kehormatan regent Magelang (1866)




    Sejarah Kabupaten Magelang tidak bisa dipisahkan dari perkembangan Kota Magelang. Pada tahun 1812, Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles mengangkat Ngabei Danuningrat sebagai bupati pertama Magelang dengan gelar Adipati Danuningrat I. Penunjukkan ini terjadi sebagai konsekuensi perjanjian antara Inggris dan Kesultanan Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1812 yang menyerahkan wilayah Kedu kepada pemerintah Inggris. Sejak itu Danuningrat menjadi bupati pertama di Kabupaten Magelang dengan gelar Adipati Danuningrat I. Atas petunjuk dari gurunya dia memilih daerah antara desa Mantiasih dan desa Gelangan sebagai pusat pemerintahan. Pada tahun 1930, jabatan bupati diserahkan dari dinasti Danuningrat kepada pejabat baru yang bernama Ngabei Danukusumo. Sementara itu sebagai tindak lanjut dari Keputusan Desentralisasi (Decentralisatie Besluit) tahun 1905, Kota Magelang menjadi gemeente bersama dengan Kota Semarang, Salatiga, dan Pekalongan. Jabatan walikota baru diangkat pada tahun 1924. Meskipun demikian, kedudukan bupati masih tetap berada di kota Magelang. Akibatnya ada sejumlah pimpinan daerah di kota Magelang yaitu bupati Magelang, residen Kedu, asisten residen Magelang dan walikota Magelang.

http://mojok.co/wp-content/uploads/2014/09/magelang_sejuta_bunga_mojok.jpg

    Seiring dengan waktu, kedudukan Kabupaten Magelang diperkuat melalui UU No. 2 tahun 1948 dengan ibu kota di Kota Magelang. Pada tahun 1950 berdasarkan UU No. 13 tahun 1950 Kota Magelang berdiri sendiri dan diberi hak untuk mengatur rumah tangga sendiri, sehingga ada kebijaksanaan untuk memindah ibu kota kabupaten ke daerah lain. Ada dua alternatif ibu kota sebagai penganti Kota Magelang, yaitu Kawedanan Grabag atau Kawedanan Muntilan, namun kedua daerah ini ditolak. Pada tanggal 22 Maret 1984, kecamatan Mertoyudan bagian Selatan dan kecamatan Mungkid bagian Utara dipilih secara resmi sebagai ibu kota Kabupaten Magelang oleh gubernur Jawa Tengah dengan nama Kota Mungkid.

KESENIAN KOTA MAGELANG

Kabupaten Magelang mempunyai beberapa kesenian, antara lain adalah:

Pertunjukan Kesenian Jathilan
Pertunjukan Kesenian Kubro Siswo

Seni Pertunjukan Tari Topeng Ireng
Pertunjukan Kesenian Tari Badui

    Kubro Siswo

    Badui

    Dayakan

    Jathilan

 

( https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Magelang)

   

JATHILAN

APA ITU KESENIAN JATHILAN?   

    Kuda Lumping/Jathilan adalah tarian tradisional yang menggunakan properti berupa kuda tiruan. Kuda lumping atau juga disebut dengan Jaranan / Jaran Kepang atau jathilan merupakan tarian tradisional dari Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit sedang menunggang kuda.


 


SEJARAH

    Menurut berbagai sumber tari kuda lumping ini menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Ada pula yang menyebutkan bahwa tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda. Dan terlepas dari asal usulnya, tarian kuda lumping ini merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.

Properti yang berbentuk kuda ini biasanya terbuat dari bambu yang dianyam,  dicat serta dihiasi dengan kain sehingga menyerupai kuda.

Berkas:Kuda Lumping 1.jpg 
   Tidak ada sejarah yang pasti mengenai asal usul kesenian kuda lumping ini. Namun saat ini pemerintah sedang mengusulkan Kuda Lumping kepada UNESCO untuk mendapatkan pengakuan dari dunia Internasional sebagai warisan budaya dunia asli Indonesi.

    Kesenian Kuda Lumping ini juga identik dengan hal mistis, dimana para pemain / penari kuda lumping  bisa kesurupan. Karena kemasukan roh ini maka tindakan pemain bisa diluar kendali seperti memakan beling, sehingga permainan kuda lumping ini dikendalikan oleh seorang pawang yang bisa menyembuhkan para pemain yang kerasukan tersebut.

TARI DAYAKAN


APA ITU KESENIAN DAYAKAN?    
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/7/72/Topeng_Ireng.jpg/300px-Topeng_Ireng.jpg


    Topeng Ireng/Topeng Dayakan adalah satu bentuk tradisi seni pertujukan yang berasimilasi dengan budaya lokal Jawa Tengah. Topeng Ireng yang juga dikenal sebagai kesenian Dayakan ini adalah bentuk tarian rakyat kreasi baru yang merupakan hasil metamorfosis dari kesenian Kubro Siswo.

SEJARAH


    Berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat, kesenian Topeng Ireng mulai berkembang di tengah masyarakat lereng Merapi Merbabu sejak zaman penjajahan Belanda dan dilanjutkan perkembangannya tahun 1960-an.Pada saat zaman Pemerintahan Belanda, pemerintah jajahan pada masa lalu melarang masyarakat berlatih silat sehingga warga mengembangkan berbagai gerakan silat itu menjadi tarian rakyat. Tarian itu diiringi dengan musik gamelan dan tembang Jawa yang intinya menyangkut berbagai nasihat tentang kebaikan hidup dan penyebaran agama Islam. Setelah itu perkembangan Seni Pertunjukan Topeng Ireng berkembang apabila umat Islam membangun masjid atau mushola, sebelum mustaka (kubah) dipasang maka mustaka tersebut akan diarak keliling desa. Kirab tersebut akan diikuti seluruh masyarakat disekitar masjid dengan tarian yang diiringi rebana dan syair puji-pujian. Dalam perjalanannya kesenian tersebut berkembang menjadi kesenian Topeng Ireng.


DAYA TARIK KESENIAN DAYAKAN

    Daya tarik utama yang dimiliki oleh kesenian Topeng Ireng tentu saja terletak pada kostum para penarinya. Hiasan bulu warna-warni serupa mahkota kepala suku Indian menghiasi kepala setiap penari. Senada dengan mahkota bulunya, riasan wajah para penari dan pakaian para penari juga seperti suku Indian. Berumbai-rumbai dan penuh dengan warna-warna ceria. Sedangkan kostum bagian bawah seperti pakaian suku Dayak, rok berumbai-rumbai. Untuk alas kaki biasanya mengenakan sepatu gladiator atau sepatu boot dengan gelang kelintingan yang hampir 200 buah setiap pemainnya dan menimbulkan suara riuh gemerincing di tiap gerakannya.

    Setiap pertunjukan Topeng Ireng akan riuh rendah diiringi berbagai bunyi-bunyian dan suara. Mulai dari suara hentakan kaki yang menimbulkan bunyi gemerincing berkepanjangan, suara teriakan para penari, suara musik yang mengiringi, hingga suara penyanyi dan para penonton. Musik yang biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan Topeng Ireng adalah alat musik sederhana seperti gamelan, kendang, terbang, bende, seruling, dan rebana. Alunan musik ritmis yang tercipta akan menyatu dengan gerak dan teriakan para penari sehingga pertunjukan Topeng Ireng terlihat atraktif, penuh dengan kedinamisan dan religiusitas. Biasanya penarinya terdiri dari 10 orang atau lebih[1] dan membentuk formasi persegi atau melingkar dengan gerak tari tubuh yang tidak terlalu kompleks. Para penari juga terlihat sangat ekspresif dalam membawakan tariannya[5].

    Tarian Topeng Ireng sebenarnya mudah untuk dipelajari karena gerakannya yang sederhana. Tidak ada gerak tubuh yang rumit, karena yang menjadi poin utama dari tarian ini adalah kekompakan. Semakin banyak penari yang turut serta, maka semakin indah kolaborasi yang tercipta. Berhubung Topeng Ireng diciptakan sebagai kolaborasi antara syiar agama Islam dan ilmu pencak silat, tarian para penarinya juga berasal dari gerakan-gerakan pencak silat yang telah dimodifikasi sedemikian rupa.



    Satu lagi yang menjadi keistimewaan tarian Topeng Ireng dibandingkan kesenian rakyat lainnya adalah gerakannya yang tidak monoton. Dari waktu ke waktu inovasi baru selalu dilakukan dalam tiap pertunjukan Topeng Ireng. Pengembangan unsur-unsur artistik dan koreografi dilakukan supaya penontonnya tidak mengalami kebosanan sekaligus untuk menarik minat kaum muda agar mau bergabung menjadi anggota kelompok Topeng Ireng.

    Pertunjukan Topeng Ireng sendiri terbagi menjadi dua jenis tarian. Yang pertama adalah Rodat yang berarti dua kalimat syahadat. Tarian ini ditampilan dengan gerakan pencak silat sederhana serta diiringi lagu-lagu syiar Islami. Jenis tarian lainnya adalah Monolan yang melibatkan penari dengan kostum hewan. Tarian ini melibatkan unsur mistik serta gerak pencak silat tingkat tinggi. Durasi pertunjukan Topeng Ireng sangat fleksibel, tidak ada peraturan khusus mengenai lamanya tarian. Penampilan para penari bisa dibuat 15 menit, 10 menit, bahkan 5 menit saja.





https://id.wikipedia.org/wiki/Topeng_Ireng

TARI BADUI

SEJARAH TARI BADUI

    Tari Badui telah berkembang di magelang sejak masa penyebaran islam di wilayah jawa tengah. Tari Badui memiliki peran sebagai media penyebaran ajaran islam khususnya di pulai jawa. Pemanfaatan badui sebagai media penyebaran islam ternyata dapat diterima oleh masyarakat secara baik, Saat ini tari badui telah menjadi kesenian dan tarian khas di magelang. Keberadaannya masih dipertahankan dengan sering dilibatkannya tarian ini dalam acara-acara yang bersifat lokal dan tradisional. Tari badui khas magelang lestari hingga saat ini dengan menjadi salah satu bagian penting dari warisan turun temurun nenek moyang.

APA ITU TARI BADUI?
http://www.magelangonline.com/wp-content/uploads/2013/12/kesenian-badui.jpg
    kesenian badui khas magelangTari Badui merupakan jenis tarian rakyat yang menggambarkan suatu adegan peperangan atau serombongan prajurit yang sedang latihan perang. Dilihat dari cara penyajiannya, tarian ini termasuk tarian kelompok berpasangan.
Komposisi yang dipakai berbentuk barisan. Kadang-kadang membentuk dua barisan, kadang-kadang pula melingkar berhadapan. Fungsi dari kesenian ini di samping sebagai alat dakwah agama Islam juga merupakan tontonan yang eksotik bagi masyarakat.
Seni Badui yang kini masih hidup dan berkembang di daerah kabupaten Sleman kebanyakan berasal dari daerah Kedu, sedang di daerah Kedu sendiri juga merupakan kesenian rakyat yang semula dibawa oleh seseorang dari tanah Arab.
Seni Badui yang sekarang ini telah banyak mengalami perkembangan terutama di dalam lagu dan syairnya. Jumlah para pendukung pementasan kesenian Badui tidak tentu, Biasanya sekitar 40 orang dengan perincian 10 orang sebagai pemegang instrumen musik dan vokalis, sedangkan yang 30 orang sebagai penarinya.


    Para penari membawa godo/gembel (senjata dan kayu).Vokal disampaikan dalam bentuk lagu dan dibawakan secara bergantian antara penari dengan vokalis, bersama dengan pemegang instrumen musik (saut-sautan, Jawa).Syair yang dibawakan ada yang diambil dari Kitab Kotijah Badui tetapi ada juga yang disusun sendiri, dan berisikan uraian tentang budi pekerti, kepahlawanan, persatuan/kesatuan dan lain-lain. Kesenian ini biasanya dipentaskan pada malam hari, selama kurang lebih 4,5 jam, mulai dari jam 20.00 hingga jam 00.30. Alat penerangan yang digunakan adalah lampu petromak.Ada kalanya pula tarian ini diselingi dengan pencak silat, dan dalam tarian pencak silat ini para pemainnya kadang ada yang dapat mencapai trance.Posisi kaki penari umumnya terbuka, sedangkan posisi lengan rendah dan tinggi. Konsep pentas yang digunakan ialah arena dengan desain lantai lingkaran dan lurus.nstrumen yang dipergunakan adalah genderang (tambur) satu buah, terbang genjreng 3 buah dan satu jedor.Kadang-kadang ditambah sebuah peluit yang berfungsi untuk memberi aba-aba akan dimulainya pementasan, pergantian posisi, maupun berhenti / selesainya pertunjukan.

    Instrumen yang dipergunakan adalah genderang (tambur) satu buah, terbang genjreng 3 buah dan satu jedor/bedug. Kadang-kadang ditambah sebuah peluit yang berfungsi untuk memberi aba-aba akan dimulainya pementasan, pergantian posisi, maupun berhenti / selesainya pertunjukan.
Lagu-lagu yang dibawakan bernafaskan Islami dan sholawat puji-pujian.




http://www.magelangonline.com/tari-badui-kesenian-khas-magelang/

KUBRO SISWO

APA ITU KUBRO SISWO?


    Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Di setiap daerah tidak hanya memilki satu kebudayaan saja, tetapi bisa beragam. Dari yang banyak di kenal oleh seluruh masyarakat Indonesia sampai yang hanya di kenali oleh masyarakat di daerahnya saja. Kali ini kita akan membahas salah satu kebudayaan di daerah jawa tengah khususnya daerah magelang yaitu kesenian Tari Kubro Siswo. Apa yang anda ketahui tentang tari Kubro Siswo?
Kubro Siswo adalah kesenian tradisional yang berlatar belakang penyebaran islam di Pulau Jawa. Secara bahasa kubro berarti besar dan siswo berarti siswa atau murid. Sehingga dapat di artikan murid-murid Tuhan yang diimplementasikan dalam pertunjukan yang selalu menjunjung kebesaran Tuhan. Kubro Siswo merupakan singkatan dari Kesenian Ubahing Badan lan Rogo (kesenian mengenai gerak badan dan jiwa), yang bermakna meningkatkan manusia khususnya umat islam agar mereka selalu hidup seimbang antara keperluan dunia dan akhirat.

    Fungsi awal tarian ini adalah untuk menyebarkan agama islam di Pulau Jawa. Namun, tari kubro siswa sering di kaitkan dengan sebuah cerita, yaitu cerita seorang kyai yang bernama Ki Garang Serang. Ia adalah seorang prajurit Pangeran Diponegoro yang mengembara di daerah Pegunungan manoreh untuk menyebarkan agama islam. Ceritanya ia memasuki sebuah hutan yang di huni oleh banyak binatang buas. Saat hutan itu terbakar, terjadi pertentangan antara Ki Garang Serang dengan sekelompok binatang buas. Dengan kesaktiannya, binatang-binatang itu dapat ditundukkan oleh Ki Garang inilah sedikit cerita yang berkaitan dengan Tari Kubro Siswo.
Kesenian Kubro Siswo ini ditarikan secara masal sekitar 25 orang atau mungkin lebih dan biasanya semua penarinya dalah laki-laki. Tari ini ditampilkan kurang lebih dengan durasi 5 jam, dengan musik yang hampir mirip atau bahkan mirip dengan lagu perjuangan dan ada juga musik qasidahan. Akan tetapi liriknya diubah dengan lirik yang lebih islami. Alat musik yang digunakan antara lain 3 buah dodok, jedor dan gendang.
Jika di amati, tari kubro siswo merupkan akulturasi budaya jawa, islam dan kolonial. Itu dapat dilihat dari dandanannya yang seperti tentara jaman keraton, tetapi dari pinggang ke bawah mengenakan dandanan seperti pemain bola. Di dalamnya pun harus ada seorang kapten yana memimpin tarian dan selalu membawa peluit. Inilah yang menjadi gaya tarik tarian tersebut.
Selain tarian dan kostumnya, atraksi-atraksi yang menabjubkan juga mrnjadi daya tarik tarian tersebut. Antara lain permainan bola api, tubuh yang disetrika, mengupas kelapa dengan gigi, naik tangga yang anak tangganya terbuat dari beberapa berang(istilah jawanya bendho), adegan perang, dan yang lebih menarik ada adegan kesurupan(istilah jawanya ndadi).
Adegan kesurupan merupakan gambaran peperangan antara Ki Garang Serang dengan binatang-binatang Pegunungan Manoreh. Hanya saja dalam tarian kubro siswo binatang-binatang tersebut digantikan oleh pemain yang menggunakan kostum hewan. Dengan lecutan pecut, bau kemenyan dan setelah bunga tujuh rupa disiramkan ke para pemain, maka para pemain akan mulai kesurupan dan mulai menari.

    Untuk menyembuhkan para pemain, maka pawang akan memaksa para penari yang kesurupan untuk mendekati bendhe atau gengang. Dan setelah doa dipanjatkan, maka para penari akan pingsan dan setelah sadar mereka akan sembuh. Setelah itu, selesailah permainannya.
Kubro Siswo taruan khas daerah Magelang. Konon, tari ini berasal dari daerah sekitar Candi Mendut. Sejak tahun 1965, tari ini sudah ada di Borobudur dan sekitarnya. Tentang kapan dan di mana terciptanya tarian ini belum di ketahui secara pasti.

METAMORFOSIS KESENIAN TARI KUBRO SISWO

           
    Jika saat ini anda tidak pernah atau jarang melihat kesenian ini bukan berarati sudah luntur atau hilang, melainkan sudah terjadi metamorfosis pada kesenian ini. Saat ini bukan tari Kubro Siswa yang berkembang, akan tetapi justru Dayakan yang hampir seluruh tarian dan kagunya mirip dengan Kubro Siswo. Ternyata dapat di bilang bahwa kesenian ini memang sudah terjadi metamorfosis menjadi Dayakan, walaupun gerakannya sudah dibuat lebih sederhana. Begitupun gerakannya lebih energic dan keras.
            Selain itu, dari segi kostum juga sudah dirubah menjadi ala Suku Dayak Kalimantan. Hanya saja untuk kostum ini lebih meriah karena memakai pakaian yang berwarna lebih meriah. Tidak ketinggalan yang dipakai di kepala, topi yang dibuat dengan bulu yang berwarna-warni membuat kesenian itu lebih menarik dibanding dengan Kubro Siswo.
            Yang tak berubah dari kesenian tersebut adalah adekan kesurupan(ndadi). Dalam kesenian Dayakan ini, adegan tersebut tidak dihilangkan. Karena walau bagaimanapun juga, adegan itulah yang menjadi daya tarik khusus kesenian tersebut.






http://mengenalbudayajawa.blogspot.co.id/2013/09/kesenian-tradisional-kubro-siswo.html